1.
Kebudayaan
penduduk pantai utara irian jaya
Identifikasi
Kebudayaan penduduk irian jaya tidak merupakan suatu kesatuan, tetapi
menujukan suatu aneka warna yang amat besar.pada umum nya dapat di bedakan antara
kebudayaan –kebudayaan dari penduduk daerah cendrawasih , penduduk pulau –
pulau dan pantai teluk cendarawasih , penduduk rawa – rawa di daerah pantai
utara.penduduk pegunungan jaya wijaya , penduduk daerah sungai-sungai dan
rawa-rawa di bagian selatan ,dan
penduduk daerah sungai-sungai dan rawa-rawa di bagian selatan ,dan
penduduk daerah sabana di bagian selatan . kecuali itu ada pula berbagai daerah
kebudayaan yang berbeda di papua
niuguini. Kebudayaan-kebudayaan di daerah – daerah tersebut tidak hanya
menujukan banyak nya perbedaan pada unsur-unsur yang kelihatan lahir, seperti
teknologi,dasar dasar mata pencarian hidup dan kesenian,tetapi juga pada unsur
–unsur yang bersifat lebih mendalam seperti kemasyarakatan.
Lebih lebih lagi kalau gejala
aneka warna itu kita pandang dari sudut bahasa, maka hal itu akan kita pandang
dari sudut bahasa,maka hal itu akan lebih muncul lagi , ada bahasa bahasa iran
yang termasuk keluarga bahasa – bahasa malenesia 1),tetapi di samping itu ada
pula bahasa – bahasa yang termasuk suatu keluarga yang lain sama sekali,ialah
keluarga bahasa bahasa irian . keluarga bahasa bahasa irian ini sendiri dapat
di bagi ke dalam beberapa keluarga khusus, yang satu dengan yang lain tak ada
sangkut paut nya sama sekali. Tiap tiap keluarga ada sub keluarga nya , dan
tiap tiap sub keluarga itu terdiri dari bahasa – bahasa yang konkrit yang
sering kali amat banyak jumlah 2 ). Terutama
1) Keluarga
bahasa –bahasa malenesia merupakan suatu bagian dari suatu rumpun bahwa yang
lebih besar lagi, ialah rumpun bahasa – bahasa austronesia , yang meliputi
semua bahasa yang di ucapakan di suatu daerah kepulauan maha-luas, yang di
sebalah barat di batasi oleh madagaskar (sebelah timur afrika), sebuah utara
taiwan , dan sebelah timur oleh kepuluan pas di lautan teduh.
2) Suatu
pembagian dari bahasa-bahasa irian yang non malenesia di irian jaya yang ke
dalam sub keluarga yang lebih khusus , termaktub dalam buku penduduk iran jaya
(1963:htm ,32-36). Yang di susun oleh jurusan antrpologi universitas indonesia
di bawah redaksi koentrjanigrat dan harja w.bachtiar
Irian
jaya bagian teluk cendrawasih dan daerah pantai utara terkenal karena gejala
kelompok .bahasa yang amat kecil di daerah tersebut ada misal nya bahasa bahasa
yang hanya di ucapakan oleh 100 orang misal nya , bahkan ada bahasa bahasa yang
lebih kecil lagi
Gejala
aneka warna extrem dari kebudayan – kebudayaan yang ada di irian itu dapat di
kembalikan jauh ke dalam zaman prehestori , waktu bangsa – bangsa yang asal
dari daerah yang satu dengan yang lain berbeda, datang menduduki pulau itu karena
tahap tinggal terpisah satu dengan lain sampai sekarang , karena karena isolasi
geografis.karena itulah itulah orang irian yang
tinggal di irian bagian selatan, seperti orang mimika, orang asmat dan
orang marindanim, pada dasar nya amat berbeda dengan orang biak atau waropen di
teluk cendrawasih , dan pada pantai utara
Bab
ini tidak akan membicarakan misal nya kebudayaan penduduk pegunungan jaya
wijaya , yang baru saja kira kira satu dasawarsa yang lalu keluar dari
kehidupan zaman neolitik , teteapi akan di khususkan kepada kebudayaan dari
penduduk daerah dari pantai utara seperti gambar yang terdapat di gambar pada
peta 4. Kebudayaan itu secara khusus sudah menujukaan suatu variasi antara
kebudayaan dari penduduk pendalaman di daerah hulu sungai-sungai dan kebudayaan
dari penduduk yang tinggal di pantai hililir dan muara sungai –sungai .karena
seperti apa yang telah tersebut di atas , gejala aneka warna bahasa – bahasa
kecil tadi justru di daerah pantai utara ini bersifat amat mencolok , maka baik
penduduk hulu sungai – sungai maupun penduduk hillir sungai – sungai terpecah –
pecah ke dalam kelompok – kelompok,kecil terdiri dari diantara 50-200 orang
masing masing dalam lembah sungai nya sendiri dan dengan bahasa khusus nya
sendiri – sendiri .
Sungai
– sungai di daerah pantai utara irian jaya yang kecil – kecil bersumber di
bukit yang mulai kira- kira 20 sampai 30 killometer ke pendalaman sedangkan
sungai – sungai yang besar seperti tor , biri ,wiruwai dan lain lain bersumber
di pengunungan – pegunungan gautler tersebut di atas sampai di daerah mulai nya
bukit bukit , merupakan daerah rawa- rawa yang luas yang tertutup oleh hutan
hutan sagu nibung ,sedangkan di daerah bukit2
2. Kebudayaan padang
ASAL USUL KATA
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau.
Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas
Minang yang dikenal di dalamtambo. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu
kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit)
yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran,
masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut
menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan
masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan
pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka
kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari
mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut.
Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau,[12]yang
berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang kerbau). NamaMinangkabau juga
digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu
NagariMinangkabau, yang terletak
di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar,
provinsi Sumatera Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama[13]bertarikh
1365 M, juga telah ada menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu
dari negeri Melayu yang
ditaklukannya. Sedangkan nama "Minang" (kerajaan
Minanga) itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit yang
bertarikh 682 Masehi
dan berbahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu
dinyatakan bahwa pendiri kerajaan Sriwijaya yang
bernama Dapunta Hyang bertolak dari "Minānga" ....[14] Beberapa
ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4
(...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan
diterjemahkan dengan maknasungai kembar. Sungai kembar yang dimaksud
diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar,
yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan.[15] Namun
pendapat ini dibantah oleh Casparis, yang membuktikan bahwa "tāmvan"
tidak ada hubungannya dengan "temu", karena kata temu dan muara juga
dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.[16]Oleh
karena itu kata Minanga berdiri sendiri dan identik dengan
penyebutan Minang itu sendiri.
KOMPONEN BUDAYA PADANG:
1. BAHASA
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang
bahasa Austronesia. Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa
Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang
dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya
kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru
beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan
2. SENI
Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut
dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari
Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut dengan tari piring karena
para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sriwijaya saat itu.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sriwijaya saat itu.
Urutan Sen iTari Piring
Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai
cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung dimana
Tarian Piring itu dilakukan. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari
Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya
mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk
memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan
atau susunan sebuah persembahannya.
1.Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan
kesenian harus dimulakan dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah
persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari
Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak kacau
sewakt umum buat persembahan.Menjelang hari atau masa persembahan, para penari
Tari Piring harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada
dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang
lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton.
Ketika ini jugapenari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.
Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang
dimainkan oleh para pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah
pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut
yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah
kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan.
3.Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari
Tari Piring akan memulakan tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di
hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak
muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau
memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil
menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari
Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak.
Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan
langkahnya dengan memijak semula piring yang telah disusun tadi. Penari tidak
boleh membelakangkan pengantin.
Dalam
masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil
menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari
yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan
tangan yang diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah
disamping seolah-olah memusing-musingkannya diatas kepala4.Mengakhiri Tarian Sebuah
sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua
piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah
penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan
tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah
kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah
hadapan
MAKNA DARI PROSES TARI PIRING
Tari
Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah,
serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika
membawa piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa
sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa
yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan
tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan
konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa,
tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau
pembesar negeri.Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada
perluasan persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis
perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih
wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’
dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepadatuan rumah kepadaorang ramai kepada penari sendiri.Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari
Piring, cukup dengan pukulan Rebana dan Gong saja. Pukulan Gong amat penting
sekali kerana ia akan menjadi panduan kepada penari untuk menentukan langkah
dan gerak Tari Piringnya. Pada umumnya, kumpulan Rebana yang mengiringi dan
mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi persembahan
Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh
alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
Itulah artikel yang membahas mengenai Seni tari piring dari Sumatra barat atau Tanang minangkabau. Semoga Budaya Seni tari asli dari tanah minangkabau ini bisa dijaga oleh para generasi muda sehingga bisa tetap lestari dan tidak punah.
Itulah artikel yang membahas mengenai Seni tari piring dari Sumatra barat atau Tanang minangkabau. Semoga Budaya Seni tari asli dari tanah minangkabau ini bisa dijaga oleh para generasi muda sehingga bisa tetap lestari dan tidak punah.
3. TEKNOLOGI
Di zaman teknologi canggih, peranan budaya dibantu
perkembangannya kemajuan teknologi seperti internet, televisi, radio, majalah,
dan surat kabar. Setiap orang tidak perlu pergi jauh untuk bisa melihat sesuatu
yang berbeda dari budayanya.
Ambil saja contoh budaya Minangkabau. Orang di luar sana bisa langsung melihat pertunjukan budaya dan berbagai macam jenis kesenian yang ada didalam Minang Kabau lewat berbagai media diatas.Minang Kabau adalah sebuah negeri yang kaya akan adat istiadat dan budaya yang terkenal sampai ke mancanegara. Cuma kemajuan di atas harus juga diiringi kemajuan sumber daya manusianya. Jangan sampai kemajuan teknologi akan menghasilkan apresiasi instan saja.
Ambil saja contoh budaya Minangkabau. Orang di luar sana bisa langsung melihat pertunjukan budaya dan berbagai macam jenis kesenian yang ada didalam Minang Kabau lewat berbagai media diatas.Minang Kabau adalah sebuah negeri yang kaya akan adat istiadat dan budaya yang terkenal sampai ke mancanegara. Cuma kemajuan di atas harus juga diiringi kemajuan sumber daya manusianya. Jangan sampai kemajuan teknologi akan menghasilkan apresiasi instan saja.
Kita ketahui, di Minangkabau orang berfilosofi pada “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.” Kalimat tersebut mengandung arti yang sangat dalam bahwa seorang anak Minang harus menjaga nama bundo kanduangnya yakni tanah Minang yang dicintai. Setiap tingkah laku perbuatan yang dilakukan haruslah berpedoman kepada hal di atas. Dalam hal ini, adat selalu memakai apa yang dikatakan oleh syarak yang berarti agama yang berpegang teguh kepada kitab Al Qur’an. “syarak mangato adat mamakai”. Ini juga salah satu kata orang tua dahuluny ayang dimaksudkan diatas.
Sayang, hal-hal seperti di atas secara berangsur-angsur hilang terbawa arus kebudayaan dari negeri barat-westernisasi dan aplikasi teknologi secara negatif. Disinilah perannya sumber daya manusia anak negeri untuk bisa menyaring serbuan itu. Diakui memang sulit untuk bisa menyatakan bahwa hal ini akan cepat bisa diatasi. Tapi, secara berpikir positif kita harus berpikir ini bisa diatasi dengan mudah bila adanya peran serta dari orang tua yang mau menggiatkan dan membantu pemerintah dalam hal budaya khususnya. Segala sesuatu sifat dan karakter manusia itu ditentukan oleh dan dari siapa keluarganya, juga situasi lingkungan yang merupakan pengaruh sangat besar dalam perkembangan budaya Minang Kabausa atini.
Pemerintah juga menggalakkan “baliak ka surau,” himbauan ini sangatlah kecil maknanya bagi orang yang tidak tahu apa arti kembali ke surau atau musala. Maksudnya kita harus mempondasikan hal seperti silaturahmi yang erat terlebih dahulu. Dengan adanya silaturahmi yang bagus tanpa adanya pemutusan tali persaudaraan, anak minang akan senang dan mudah untuk kembali ke surau diiringi dengan program yang menarik bagi para remaja.
Kalau cuma ceramah satu jam, mereka hanya duduk dan dengar tanpa adanya respon. Kita semua pun akan susah untuk bisa memahami apa sebenarnya yang dibicarakan. Di surau, anak diajari bagaimana bisa salat, mengaji dan membela dirinya dengan bela diri minang yakni Silat. Seorang anak Minang yang tau dengan silat, dia akan tau dengan dirinya. Karena arti hakiki dari silat bahwasanya seorang pesilat akan tau akan dirinya, tau akan kemana dia melangkah. Persisnya sama dengan rukun iman dalam agama Islam yang menyuruh kita percaya dan taat(takut) yakni menjalankan perintah Nya dan meninggalkan larangan Nya.
Akhirnya dengan bisa membudayakan diri kita sendiri dalam melakukan segala hal yang baik, kita dengan mudah untuk mempelajari dan memahami apa arti dan bagaimana perkembangan budaya Minang Kabau ini akan dibawa. Meski serbuan arus global dan teknologi datang menghadang.
4. MATA PENCAHARIAN
Nagari Padang Magek yang berada di daerah kabupaten
Tanah Datar berhawa sejuk, hampirdiseluruh kabupaten Tanah Datar hujan turun
dengan teratur setiap tahun, hal ini berdampak positif bagi usaha pertanian
didaerah ini. Masyarakat Padang Magek sebagian besar hidup sebagai petani
(90%),disamping itu ada juga sebagian pengerajin kerajinan rumah tangga
(0,85%), pedangang (0,85%),pegawai negeri/karyawan (3,78%), tukang (2,14%),
pensiunan ABRI (0,56%), dan buruh (1,41%). Usaha pertanian di Nagari Padang
Magek terdiri dari persawahan dan ladang. Hasil pertanian cukup memberikan
kontribusi terhadap daerah lain. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah
bertani. Kondisi geografis daerah Padang Magek banyak dialiri sungai-sungai
kecil. seperti sungai Sawah Dalam, sungai Lubuak Tangguak, sungai Lubuak
Dantuang, dan sungai Lubuak Burai. Dikarenakan seperti itu, masyarakat Padang
Magek sering menangkap ikan atau belut, dengan lukah (bubu) sebagai tambahan
mata pencarian. Nagari Padang Magek terdiri dari dataran tinggi yang
berbukit-bukit dan dataran rendah. Bagian perbukitan dijadikan masyarakat
sebagai tempat tinggal, sedangkan lereng perbukitan dijadikan lahan perkebunan yang lazim disebut dengan ladang. Dataran
rendah atau lembah yang terdapat diantara perbukitan juga dijadikan lahan
persawahan. Sebagian besar daerah ini memiliki tanah yang subur, baik untuk
dijadikan lahan persawahan dan ditanami sayur-sayuran. Membajak dengan
menggunakan tenaga kerbau merupakan suatu cara untuk pengolahan lahan dalam
menunjang pekerjaan petani. Disamping itu, kerbau dapat digunakan sebagai
penunjang ekonomi karena dapat diperjual-belikan.
5. SISTEM AGAMA
Mayoritas penduduk kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan
pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini
adalah Kristen, Buddha,
dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk
bukan dari suku Minangkabau.Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota
ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja danklenteng juga terdapat di kota Padang. Masjid Raya
Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700.
Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke
lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini
diantaranyaSoekarno, Hatta, Hamengkubuwana
IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat
memberikan pidato di
masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui
pelabuhan Emmahaven waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing
sekarang ini.
Gereja katholik dengan
arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun1933 di kota
ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya
sejak dari tahun 1834,
seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.Dalam rangka mendorong
kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama
Islam pada tahun 1983untuk
pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ)
tingkat nasional yang ke-1
6. ORGANISASI SOSIAL
Dua dari organisasi etnis Tionghoa tertua lahir di
kota Padang. Organisasi ini bahkan merupakan organisasi pemakaman tertua di
Nusantara.
Budaya-Tionghoa.Net | Aktivitas perdagangan etnis Tionghoa dengan penduduk Minangkabau sudah berlangsung sejak abad ke-13. Pelayaran mereka dilakukan dari Tiongkok sampai ke teluk Aden di Asia Barat melalui selat Malaka.
Budaya-Tionghoa.Net | Aktivitas perdagangan etnis Tionghoa dengan penduduk Minangkabau sudah berlangsung sejak abad ke-13. Pelayaran mereka dilakukan dari Tiongkok sampai ke teluk Aden di Asia Barat melalui selat Malaka.
Seiring jalur perdagangan lada dibuka di pantai Barat
Sumatera, jumlah etnis Tionghoa yang datang ke Sumatera Barat makin banyak.
Mereka menempuh jalur sungai dan jalan setapak untuk mendistribusikan lada dari
dataran tinggi menuju pelabuhan di pantai Pariaman, Tiku, Ulakan dan Koto
Tengah.
Peraturan pembatasan wilayah bagi penduduk Timur Asing
oleh pemerintahan Belanda membuat etnis Tionghoa Sumatera Barat lebih
terkonsentrasi di kota di Kota Padang, tepatnya di sekitar sungai Batang Arau,
kawasan pecinan Kampung Pondok, Pasar Tanah Kongsi, Kelenteng dan
sekitarnya.Masyarakat Tionghoa Padang pun membentuk organisasi, dengan tujuan
melayani kebutuhan anggota dalam bidang sosial dan budaya.
Pada tahun 1863, berdiri organisasi Hook Tek Tong
(HTT), yang merupakan perhimpunan kematian dan pemakaman, sekaligus sebagai
sarana menghormati leluhur kakek tua Hook Tek Tjeng Sin.Sampai 1890, karena
cukup banyak kesulitan dalam mengurus kebutuhan etnis Tionghoa, dibentuklah
perhimpunan atau kongsi baru. Terbentuk organisasi Heng Beng Tong (HBT). Dua
organisasi ini mempunyai tata cara dan ciri berbeda dalam hubungan antar
anggotanya. Setiap anggota HBT, misalnya, apapun agamanya, diwajibkan melakukan
sembahyang Kwan Tee Koen dan arwah leluhur dengan mengangkat hio. Sementara
anggota HTT wajib memenuhi surat panggilan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pemakaman.
Walaupun di beberapa daerah di Indonesia seperti di
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain, terdapat Yayasan atau organisasi
etnis Tionghoa, namun organisasi Tionghoa yang ada di Sumatera Barat bisa
dikatakan unik, karena hanya lahir dan ada di Sumatera Barat saja dan tidak
terdapat di daerah lain. Dalam organisasi ini juga dirangkul keanggotaan dari
semua suku dan marga etnis Tionghoa yang ada. Kelebihan lainnya adalah mereka
berhasil mempertahankan budaya asli Tionghoa secara turun temurun seperti
upacara pemakaman yang masih dilakukan di masa China kuno. Organisasi pemakaman
ini bahkan tercatat sebagai organisasi pemakaman yang pertama hadir di
Nusantara.
Terbentuknya organisasi pemakaman ini tak terlepas
dari perlunya etnis Tionghoa Padang bergotong royong ketika hendak menguburkan
jenasah. Mereka harus membawa peti dari gelondong kayu utuh yang dilubangi ke
atas gunung yang menghadap laut. Proses menggotong peti yang beratnya mencapai
ratusan kilogram ini harus dilakukan dengan ditandu. Tanpa kerjasama, mustahil
sebuah keluarga dapat melakukannya sendiri.Yang menarik adalah walaupun mereka
berhasil mempertahankan identitas budaya mereka, sangat sedikit dari penduduk
Tionghoa Padang yang bisa berbahasa Mandarin.Antara tahun 1900 sampai 1932,
ketika banyak organisasi Tionghoa berdiri dengan nuansa politik dua organisasi
ini berdiri di garis tengah sebagai organisasi sosial budaya yang tidak
beraliansi politik sama sekali.
Tahun 1963, etnis Tionghoa yang beragama Katholik
mendirikan perkumpulan Chinese Katholieke Bond. Perkumpulan ini lalu berubah
menjadi lintas etnis yang didasarai agama Katholik pada tahun 1964, bernama
PSKP Santu Yusuf. Perkumpulan ini juga melayani kebutuhan pemakaman. Berbeda
dengan dua organisasi sebelumnya, mereka menerima anggota perempuan. Di tahun
1993, terbentuk pula organisasi Tionghoa bernuansa Islam yaitu PITI.
Seiring dengan peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah Orde Baru, HTT mengubah namanya menjadi Himpunan Tjinta Teman,
sementara HBT menjadi Himpunan Bersatu Teguh. Setelah reformasi bergulir,
organisasi etnis Tionghoa di Padang dan Sumatera Barat kembali menjamur seperti
di kota-kota lain di Indonesia.
7. SISTEM PENGETAHUAN
Setiap suku bangsa atau etnik manapun, mempunyai cara
atau landasan tertentu dalam mengembangkan dan menyerap pengetahuan,ilmudan teknologi.Mulai
dari ilmu dan teknologi yang sangat sederhana sampai kepada yang teramat
tinggi.
Kecepatan gerakannya untuk mengembangkan, menyerap dan menemukan pengetahuan, ilmu dan teknologi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain; geografis, sistim kepercayaan, sistim adat dan sistem pendidikan.
Kecepatan gerakannya untuk mengembangkan, menyerap dan menemukan pengetahuan, ilmu dan teknologi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain; geografis, sistim kepercayaan, sistim adat dan sistem pendidikan.
Bangsa Yunani yang dikenal sebagai bangsa yang
melahirkan berbagai aliran filsafat, dilandasi oleh mitologi-mitologi yang
banyak.Daerahnya yang tidak subur, menyebabkan merekah arus merentas dunia
sampai keMesir.Di sana pikiran-pikiran Timur dan Barat mereka pertemukan dengan
berbagai filsafat yang disusun.Tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles dan
Socrates bukanlah sesuatu yang asing bagi kita sekarang ini.
Bangsa Jepang, yang kita kenal sekarang sebagai bangsa
yang amat kreatif dan ulet dalam menciptakan berbagai keperluan kehidupan
modern, dilandasi oleh semangat dan sistem kepercayaan yang berbeda dengan
bangsa-bangsa Asialainnya.Mitologi dewa matahari mereka, telah menempatkan
bangsa Jepang sebagai suatu bangsa yang punya sistem kepercayaan dan kehidupan
tersendiri.
Sebelum itu, bangsa Mesir yang telah meninggalkan
piramida-piramida yang mengagumkan, bangsa Jerman dengan berbagai penemuan
keilmuan, bangsa Prancis dengan ketinggian budaya dan seninya, bangsa Inggeris
dengan kemasyhurannya menjadi petualang dan menemukan berbagai benua dan dunia.Islam
yang telah melahirkan pusat-pusat kebudayaan, keilmuan, filsafat di tiga pusat
dunia; Bagdad (Irak), Iskandariah (Mesir) dan Cordova (Spanyol) merupakan bukti
yang tidak terbantah, bahwa agama (sistem kepercayaan), bahasa, geografis dan
beberapa faktor lainnya adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
membicarakan masalah penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan iptek di
dunia.
Semua bukti-bukti sejarah seperti di atas itu
menunjukkan kepada kita, bahwa setiap bangsa mempunyai cara-cara dan sistem
tertentu dalam menemukan, mengembangkan berbagai kemajuan pengetahuan,ilmu dan teknologinya.Bahkan
masyarakat primitif sekalipun mempunyai cara dan sistem sendirinya pula, sesuai
dengan apa yang mereka perlukan.
Suatu masyarakat yang dapat atau lebih cepat
mengembangkan pengetahuan dan iptek, menurut kajian sosio-linguistik, adalah
masyarakat yang dapat mencirikan dirinya sebagai masyarakat akademik. Artinya,
masyarakat yang disebut masyarakat akademik itu mempunyai ciri, kecenderungan
untuk bergerak secara rasional, pragmartis dan egaliter, sebagaimana ciri-ciri
utama dari sifat akademik itus endiri.
Sebagaimana juga terlihat pada sifat masyarakat Eropa, Jepang, dan beberapa negara yang mengamalkan ajaran Islam seperti Istambul, Bagdad, Iskandariah dan Cordova itu.Masyarakat akademik adalah masyarakat yang dalam berbagai kegiatan sosial budayanya menggunakan berbagai macam penanda keilmuan Dan menurut kajian sosiologi, disebutkan bahwa masyarakat demikian adalah masyarakat yang berpikir pragmatis, egaliter dan metropolis.
Artinya, mereka terbuka menerima sesuatu yang baru tanpa kehilangan identitas dirinya.
3. Kebudayaan Daerah istimewa yogyakarta
KEBUDAYAAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang
merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan [Negara] Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat
kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan.
Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan
proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan
penduduk sebesar 1.084 jiwa per km
Penyebutan
nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menyebabkan sering
terjadinya penyingkatan nomenkaltur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah
Istimewa ini sering diidentikkan dengan Kota Yogyakarta sehingga
secara kurang tepat disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta.
Walaupun memiliki luas terkecil ke dua setelah Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional dan
internasional. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata andalan
setelah Provinsi Bali.
Selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi daerah terparah akibat bencana gempa pada
tanggal 27 Mei 2006 dan erupsi Gunung Merapi pada
medio Oktober-November 2010.
Pariwisata merupakan
sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek dan daya tarik wisata di DIY telah
menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata
MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam,
wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Keanekaragaman
upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta didukung oleh
kreativitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan
produk-produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan.
Secara
geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang
terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi
motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor
andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian.
Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect)
yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian daerah
sangat signifikan.
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang
tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan
potensi budaya yang intangible seperti
gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku
sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki
tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar
Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau
tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih
terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya
dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya
dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di
antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan
menjadi museum internasional
Aspek
Seni
Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki banyak sekali kesenian. Baik itu kesenian budaya seperti
tari-tarian ataupun seni kerajinan seperti batik, perak, dan wayang.
1.
Batik
Batik adalah salah
satu kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta. Batik yogya terkenal
karena keindahannya, baik corak maupun warnanya. Seni batik sudah ada
diturunkan oleh nenek moyang, hingga saat ini banyak sekali tempat-tempat
khusus yang menjual batik ini. Perajin batik banyak terdapat di daerah pasar
ngasem dan sekitarnya.
Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang
bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”.
Batik adalah
salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua
hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional,
teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.
Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik
Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi,
serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 oktober 2009.
Jenis Batik
Menurut teknik:
·
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak
batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih
2-3 bulan.
·
Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak
batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu
kurang lebih 2-3 hari.
·
Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung
melukis pada kain putih.
Menurut asal pembuatan:
1.
Batik Jawa
Batik Jawa adalah
sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang
dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang
berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu
mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung
makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme,
dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo
atau yang biasa disebut dengan batik Solo
Batik Tiga Negeri
dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan,
dan merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan
untuk variasi warna yang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan
batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di
Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri
sukar sekali dirproduksi.
Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis
semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa kain panjang yang
dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan
baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada
motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan
Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia.
batik lasem
Batik Lasem dikenal
karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri, pengrajin batik
sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik
yang tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua
budaya, Jawa dan Cina.
2.
Perak
Kerajinan perak di
Yogyakarta terkenal karena kekhassannya. Kerajinan ini berpusat di KotaGede,
dimana hampir seluruh masyarakat di daerah ini menjadi pengrajin dan penjual
perak, banyak para wisatawan yang datang ke tempat ini bila hendak membeli
kerajinan perak.
3.
Wayang
Seni wayang banyak terdapat di daerah jawa, khususnya
jogjakarta, para pengrajin maupun pendalang sudah diwariskan secara turun
temurun. Pengarajin wayang banyak terdapat di daerah pasar ngasem, bahan-bahan
dari wayang ini terbuat dari kulit sapi atau kerbau, sehingga tidak mudah rusak
dan awet. Wayang mudah di dapat juga di daerah sepanjang malioboro.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
4.
Tari Golek Menak Dari Yogyakarta
Tari Golek Menak
merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan
setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh
seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek
Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Karena
sangat mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan merencanakan ingin membuat
suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide
itu Sultan pada tahun 1941 memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T.
Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto,
K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB
Kuswaraga dan RW Larassumbaga. Proses penciptaan dan latihan untuk melaksanakan
ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran perdana dilaksanakan di Kraton pada
tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun sultan. Bentuknya masih belum
sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari
ciptaan sultan tersebut mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu :
·
Tipe karakter puteri untuk Dewi Sudarawerti
dan Dewi Sirtupelaeli,
·
Tipe karakter putra halus untuk Raden Maktal,
·
tipe karakter gagah untuk Prabu Dirgamaruta
Tiga tipe karakter tersebut
ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi Sudarawerti
melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden
Maktal. Melalui pertemuan-pertemuan, dialog dan sarasehan antara sultan dengan
para seniman dan seniwati, maka sultan Hamengku Buwana IX membentuk suatu tim
penyempurna tari Golek Menak gaya Yogyakarta. Tim tersebut terdiri dari enam
lembaga, yaitu : Siswo Among Beksa, Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja,
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Mardawa Budaya, Paguyuban Surya
Kencana dan Institut Seni Indonesia (ISI). Keenam lembaga ini setelah
menyatakan kesanggupannya untuk menyempurnakan tari Golek Menak (1 Juni 1988),
kemudian menyelenggarakan lokakarya dimasing-masing lembaga, dengan menampilkan
hasil garapannya. Giliran pertama jatuh pada siswa Among Beksa pada tanggal 2
Juli 1988. Lokakarya yang diselenggarakan oleh siwa Among Beksa pimpinan RM
Dinusatama diawali dengan pagelaran fragmen lakon kelaswara, dengan menampilkan
12 tipe karakter, yaitu :
1.
Alus impur (tokoh Maktal, Ruslan dan
Jayakusuma),
2.
Alus impur (tokoh Jayengrana),
3.
Alur kalang kinantang (Perganji),
4.
Gagah kalang kinantang (Kewusnendar,
Tamtanus, Kelangjajali, Nursewan dan Gajah Biher),
5.
Gagah kambeng (Lamdahur),
6.
Gagah bapang (tokoh Umarmaya),
7.
Gagah bapang (Umarmadi dan Bestak),
8.
Raseksa (Jamum),
9.
Puteri (Adaninggar seorang Puteri Cina),
10. Puteri impur (Sudarawerti dan Sirtupelaeli),
11. Puteri kinantang (Ambarsirat, Tasik Wulan Manik lungit,
dan kelas wara),
12. Raseksi (mardawa dan Mardawi)